3 Hal Yang Bisa Saya Ambil Dari Buku “Kata Dochi: Sebuah Memori” (Dochi Sadega Pee Wee Gaskins)

Republikfiksi


Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Saya akan memulai blog ini dengan bercerita tentang band Pee We Gaskins.

Saya berkenalan dengan band ini saat pensi di SMA. Saya masih kelas 1 waktu itu. Saya tidak pernah mendengar band pop punk ini. Cuma katanya, band ini adalah rising star. Band pensi yang tampil dari sekolah ke sekolah.

Dari melihat penampilan dan mendengar lagunya di pensi, saya kemudian membeli CD album Pee Wee Gaskins berjudul The Sophomore. Berlanjut membeli album mereka yang kedua, mengikuti mereka di social media, dan menaruh band ini sebagai salah satu band favorit saya.

Saya membeli buku ini dengan harga yang lumayan (Rp 110.000,00). Buku ini punya banyak warna dan gambar di dalamnya, menjelaskan kenapa harganya segitu.

Saya sendiri sebenarnya lebih penasaran tentang Dochi dan dunia musiknya di Pee Wee Gaskins. Di buku ini, ternyata bercerita lebih banyak. Kata Dochi membahas awal mula nama Dochi, band emo, awesome things & facts about penulis, dan masih banyak lagi.

Dari semua itu, ini yang bisa saya ambil.

#1 Berani Beda

Di buku Kata Dochi, bagian ini dimulai dengan tulisan “revenge” besar memenuhi dua halaman. Namun, saya justru mengambil kesimpulannya, Dochi berani beda.

Dochi membuat band baru, setelah band sebelumnya “tidak berjalan”, dengan lagu pop punk berjudul Here Up On The Attic. Dari lagu itu, ia perdengarkan ke Sansan, yang masih vokalis Kiling Me Inside waktu itu.

Di bawah ini mengapa ia berani beda.

Sansan harus mengisi vokal dan gitar. Ia juga tidak boleh scream. Tujuannya? Untuk beda dengan Killing Me Inside. Satu lagi, Dochi mencari drummer yang mainnya tidak double pedal.

“It was different than the other kids were playing.”

“Everybody was trying to be the hardest metal sounding band and we’re exactly the opposite.”

Cerita ini  di bawah ini mungkin bisa ditemukan di Google, tapi tidak bisa dipungkiri bahwa sejarah nama Pee Wee Gaskins itu penting untuk dicantumkan.

Pee Wee Gaskins adalah nama serial killer.

Dochi memakai nama band serial killer, tapi ingin orang-orang lupa kalau ini nama serial killer. Ia pakai graphic berwarna dan musik yang lebih ceria. Terceminkan pada lagu-lagunya di album pertama, sangat dekat dengan cerita remaja SMA dan kuliah.

“So that was it. With the name of serial killer, we try to make killer music.”


Sebelum lanjut, saya mau mempromosikan jualan online saya di Arsenio Store ID. Tempat menjual apparel, seperti T-Shirt, Sweater, dan Hoodie yang simple dan minimalis. Cocok banget buat traveling dan nongkrong bareng temen. Bisa cek produknya di Instagram: @arsenio.store.id dan Tokopedia: Arsenio Apparel Store

Instagram: @arsenio.store.id

Tokopedia: Arsenio Apparel Store


#2 Cara Dochi Menulis Lagu

Seperti musisi lain, Dochi beranggapan bahwa ide dapat datang dari mana saja. Bisa cerita pribadi, bisa cerita teman. Ia juga menambahkan banyak tips lain, tapi ada dua yang paling menarik: menambahkan keterangan waktu dan keterangan tempat (atau suasana tempat). 


-> Pee Wee Gaskins - Sebuah Rahasia

Jam berhenti di 12,

Ku habiskan gelas demi gelas,

Membuat pahit sisa yang manis,

Sampai akhirnya ku lupa.

Keterangan waktu bisa berupa tanggal atau jam. Sesuai lirik di atas, penambahan keterangan waktu membuat lagunya terasa personal. Penggunaan angka 12 bagi saya juga tepat. Jam 12 malam, mencoba melupakan seseorang, terasa “dekat” bagi beberapa orang


-> Pee Wee Gaskins - Selama Engkau Hidup

Suara pesta yang bergema (hilang semua duka)

Riang canda membuat lupa (ajalmu kan tiba)

Berkurang satu usiamu kawan,

Semakin dekat akhir hidupmu.

Lirik di atas menggambarkan suasana tempat, yaitu pesta ulang tahun. Liriknya punya sudut pandang yang unik, dimana Dochi mengajak orang untuk berpikir tentang kematian saat sedang berulang tahun.


Versi Podcast: https://open.spotify.com/episode/7bJrXLnRSK18Lgzvhnlusj?si=rS42NOigTcSKV1gd1FK-ig&dl_branch=1


#3 From Band to Brand

“Membangun sebuah brand adalah tentang memperkenalkan dan melengkapi sebuah kebutuhan dengan cara orang lain tidak bisa.”

Dochi menggunakan Pee Wee Gaskins sebagai kendaraan untuk berkembang. Dari sana, ia bisa kerja sama dengan brand, menghitung statistik dari data media sosial, menarget audience, dan akhirnya menciptakan brand yang bisa mengisi kebutuhan audiens tersebut.

Siapa yang menyangka Personal Branding Dochi adalah suatu perencanaan yang matang?

Kacamata frame tebal, topi snapback, dan baju sehari-hari yang semua orang bisa pakai.

Tertuang di bukunya, brand pertama bukanlah clothing line, tapi dirinya sendiri. Personal branding adalah praktik untuk mempromosikan diri, karir, dan pencapaian sebagai sebuah brand.

Dari personal branding yang kuat lahirlah brand lain, seperti Sunday Sunday co, HomeRibs, dan One Triple Nine. Masing-masing punya cerita dan pendekatan yang berbeda. Ini juga butuh visi, dedikasi, dan ketelitian lebih.

“Lo harus menguasai cara untuk menyampaikan sebuah cerita, bisa ngumpulin orang, dan terus relevan.”


Itu saja yang bisa saya ambil dari buku Kata Dochi.

Di bukunya masih ada cerita tentang Tasya (istrinya), tentang hubungan Dochi dengan keluarganya, dan tentunya, tentang hubungannya dengan tiap personil Pee Wee Gaskins. Itu semua bisa dibaca sendiri dengan membeli bukunya.


Sekian dari saya. Semoga postingan ini bermanfaat.


Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.



Terima kasih sudah membaca sampai akhir. Kalau kamu suka tulisan ini, kamu bisa follow akun KaryaKarsa saya di sini. Dan kamu bisa mengapresiasi kreator, dengan cara memberikan tip di KaryaKarsa. Have a nice day 🙂


- short description about the writer-

I talk & write about movies and pop culture


Posting Komentar

munggah